semua gadis di sekelilingku kelihatannya membawanya,
Ayah segera menyadarinya. Beliau membuat adikku dan aku berlutut di depan tembok,
Ayah tidak mendengar siapa pun mengaku, jadi Beliau mengatakan,
Ayah begitu marahnya sehingga ia terus menerus mencambukinya sampai Beliau kehabisan nafas.
Tubuhnya penuh dengan luka, tetapi ia tidak menitikkan air mata setetes pun.
Aku masih selalu membenci diriku karena tidak memiliki cukup keberanian untuk maju mengaku.
Ketika adikku berada pada tahun terakhirnya di SMP,
Saya mendengarnya memberengut,
"Ayah, saya tidak mau melanjutkan sekolah lagi, telah cukup membaca banyak buku."
Bahkan jika berarti saya mesti mengemis di jalanan
Dan begitu kemudian ia mengetuk setiap rumah di dusun itu untuk meminjam uang.
Aku menjulurkan tanganku selembut yang aku bisa ke muka adikku yang membengkak,
dan berkata, "Seorang anak laki-laki harus meneruskan sekolahnya; kalau tidak
ia tidak akan pernah meninggalkan jurang kemiskinan ini."
Siapa sangka keesokan harinya, sebelum subuh datang,
Dia menyelinap ke samping ranjangku dan meninggalkan secarik kertas di atas bantalku:
Aku memegang kertas tersebut di atas tempat tidurku,
Tahun itu, adikku berusia 17 tahun. Aku 20.
Suatu hari, aku sedang belajar di kamarku, ketika teman sekamarku masuk dan memberitahukan,
Aku berjalan keluar, dan melihat adikku dari jauh,
Aku menyapu debu-debu dari adikku semuanya, dan tersekat-sekat dalam kata-kataku,
Jadi saya pikir kamu juga harus memilikinya."
Aku tidak dapat menahan diri lebih lama lagi.
Tahun itu, ia berusia 20. Aku 23.
Kali pertama aku membawa pacarku ke rumah,
kaca jendela yang pecah telah diganti, dan kelihatan bersih di mana-mana.
Setelah pacarku pulang, aku menari seperti gadis kecil di depan ibuku.
Tetapi katanya, sambil tersenyum,
Aku masuk ke dalam ruangan kecil adikku.
kakiku setiap waktu. Bahkan itu tidak menghentikanku bekerja dan..."
Aku telah membalikkan tubuhku memunggunginya, dan air mata mengalir deras turun ke wajahku.
Adikku tidak setuju juga, mengatakan,
Suatu hari, adikku diatas sebuah tangga untuk memperbaiki sebuah kabel,
"Mengapa kamu menolak menjadi manajer?
Manajer tidak akan pernah harus melakukan sesuatu yang berbahaya seperti ini.
Dengan tampang yang serius pada wajahnya, ia membela keputusannya.
Jika saya menjadi manajer seperti itu, berita seperti apa yang akan dikirimkan?"
"Tapi kamu kurang pendidikan juga karena aku!"
"Mengapa membicarakan masa lalu?" Adikku menggenggam tanganku.
Dalam acara pernikahannya, pembawa acara perayaan itu bertanya kepadanya,
Tanpa bahkan berpikir ia menjawab, "Kakakku."
Ia melanjutkan dengan menceritakan kembali sebuah kisah yang bahkan tidak dapat kuingat.
Setiap hari kakakku dan saya berjalan selama dua jam untuk pergi ke sekolah dan pulang ke rumah.
Tepuk tangan membanjiri ruangan itu. Semua tamu memalingkan perhatiannya kepadaku.
Dan dalam kesempatan yang paling berbahagia ini,
Diterjemahkan dari : "I cried for my brother six times
0 komentar:
Posting Komentar