Senin, 28 Januari 2013

The Quote



Bismillaahirrahmaanirrahiim.
Alhamdulillaahirabbil'aalamiin.
Allaahumma shalli 'alaa Muhammad wa 'alaa alihii Muhammad.

"Jika Allah menghendaki kebaikan bagi hamba-Nya, maka Dia menyegerakan
 hukuman di dunia. Jika Allah menghendaki keburukan bagi hamba-Nya, maka
 Dia menahan hukuman kesalahannya sampai disempurnakan-Nya pada hari
 Kiamat." (HR. Imam Ahmad, At-Turmidzi, Al-Hakim, Ath-Thabrani, dan Al-Baihaqi).

Hadits di atas bersumber dari Abdullah bin Mughaffal. Menurut Al-Haitsami,
periwayatan hadits ini shahih.

Diriwayatkan bahwa salah seorang lelaki telah bertemu dengan seorang wanita yang disangkanya pelacur. Lelaki itu menggoda sampai-sampai tangannya menyentuh tubuhnya. Atas perlakuan itu, sang wanita berkata, "Cukup!"
Lantaran terkejut, lelaki ini menoleh ke belakang, namun terbentur tembok
dan terluka.

Lelaki usil itu pergi menemui Rasulullah dan menceritakan pengalamannya.
Komentar Rasulullah? "Engkau seorang yang masih dikehendaki Allah menjadi baik."
Selanjutnya beliau bersabda, sebagaimana dalam hadits di atas.

Dalam riwayat At-Turmudzi, hadits itu disempurnakan dengan lafadz sbb,
"Dan sesungguhnya Allah, jika Dia mencintai suatu kaum, Dia menguji mereka.
 Jika mereka ridha, maka Allah ridha kepadanya. Jika mereka benci,  Allah membencinya."

Kecintaan Allah pada hamba-Nya di dunia tidak selalu diwujudkan dalam bentuk pemberian materi atau kenikmatan lainnya. Kecintaan itu justru sering berbentuk --oleh sebagian orang disebut-- adzab. Sebenarnya bukan adzab, tapi yang tepat adalah ujian. Berat ringannya ujian itu tergantung kepada kuat tidaknya iman seseorang.

Orang yang paling disayangi dan dikasihi Allah adalah para Nabi dan Rasul. Justru mereka adalah orang yang paling berat menerima ujian semasa hidupnya di dunia. Ujia mereka sangat berat melebihi ujian yang diberikan kepada siapapun juga. Demikian secara berurutan, para syuhada dan kemudian shalihin. Yang jelas bahwa setelah orang menyatakan, "Kami beriman", Allah langsung menyiapkan ujian baginya. Allah berfirman :
"Apakah manusia itu mengira bahwa mereka akan dibiarkan (saja) mengatakan
'Kami telah beriman,' lantas tidak diuji lagi? Sungguh Kami telah menguji
 orang-orang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang
 yang benar dan mengetahui orang-orang yang dusta." (Q.S, Al-Ankabut : 2-3)

Selain ujian demi ujian diberikan kepada orang yang beriman, maka teguran demi
teguran juga diberikan kepadanya. Teguran itu kadang halus,tetapi sering-sering kasar.
Bagi yang kepekaan imannya tinggi, teguran halus saja sudah cukup untuk menyadarkannya.
Akan tetapi bagi mereka yang telah hilang kepekaannya, teguran yang keras sekalipun tak bisa menyadarkannya.

Apa yang dialami oleh lelaki yang datang kepada Rasulullah sebagaimana
hadits di atas merupakan teguran Allah secara langsung agar ia sadar
atas kekeliruannya, dan tidak mengulangi kesalahannya. Lelaki itu sangat bersyukur atas kecelakaan yang menimpa dirinya. Wajah yang benjol dan darah yang mengalir di wajahnya tidak seberapa dibandingkan dengan nilai kesadaran yang baru dirasakannya.

Kecelakaan itu semakin tidak berarti apa-apa jika dibandingkan dengan siksa yang bakal diterimanya di akhirat kelak. Bukankah setiap dosa akan ditimbang dan dibalas sesuai dengan bobotnya? Dengan kecelakaan itu ia bertobat. Dengan bertobat terhapuslah dosanya. Tentang hal ini Rasulullah bersabda, "Tiada suatupun yang menimpa seorang mukmin, baik berupa kepayahan, sakit, sedih, susah, atau perasaan murung, bahkan duri yang mengenai dirinya, kecuali Allah akan melebur kesalahan-kesalahannya lantaran kesusahan-kesusahan tersebut."(HR. Bukhari dan Muslim).

Karena itu jika mengalami suatu musibah, jangan cepat-cepat mengeluh.
Cari dulu sebab musababnya. Jangan-jangan musibah itu merupakan teguran
dari Allah SWT atas berbagai kesalahan yang telah kita lakukan.
Mungkin saja musibah itu nampak tidak ada kaitannya sama sekali, tapi cobalah untuk mengurut-urut beberapa langkah yang pernah kita lakukan sebelumnya.

Kasih sayang Allah tidak selalu berwujud kesenangan, melimpahnya harta,
tercapainya segala keinginan, dan jauh dari berbagai musibah. Justru bisa jadi sebaliknya. Orang yang mendapatkan berbagai kesenangan itulah yang tidak dicintai-Nya. Orang tersebut dibiarkan tenggelam dalam kesenangan dunia sampai tiba ajalnya. Pada saat itu semua kesenangan dicabut dan diganti dengan berbagai siksa yang mengerikan, baik ketika di dalam kubur, di padang mahsyar, maupun di neraka. Naudzubillaahi min dzaalik.

Wabillaahi taufik wal hidayah.
Wassalamu'alaikum wr. wb.—






             Bismillaahirrahmaanirrahiim

            Ya Allah, setiap aku berkata:aku sudah siap sedia. Lalu aku berdiri untuk shalat di hadapanMu dan menyeruMu, Engkau berikan padaku rasa mengantuk ketika aku shalat. Engkau tidak memberikan kesempatan untuk bermunajat padaMu. Setiap kali aku berkata: Sudah bersih hatiku, sudah dekat kedudukanku dengan majelis orang-orang yang bertobat, datanglah bencana, kakiku tergelincir dan terpentallah aku dari berkhidmat kepadaMu.
            Sayyidi, mungkin Engkau sudah mengusir aku dari pintuMu, sehingga Engkau jauhkan aku dari berkhidmat padaMu. Atau mungkin Engkau melihat aku melalaikan hakMu lalu Engkau jauhkan aku.Atau mungkin melihat aku berpaling dariMu, lalu Engkau tinggalkan daku. Atau mungkin Engkau mendapatkanku pada tempat para pendusta lalu Engkau campakkan aku.
Atau barangkali Engkau melihat aku tidak mensyukuri nikmatMu lalu engkau
asingkan aku. Atau mungkin Engkau tidak mendapatkanku pada majelis para
ulama lalu Engkau tolak aku. Atau mungkin Engkau dapatkan daku di tengah-
tengah orang durhaka lalu Engkau alangi antara aku dan diriMu.
Atau barangkali Engkau tidak senang mendengar doaku lalu Engkau jauhi aku.
Atau barangkali Engkau menghujatku karena kurangnya rasa maluku.
        Jika Engkau ampuni, ya Rabbi, betapa banyaknya pedosa sebelumku yang telah  Engkau ampuni. Karena kemurahanMu, duhai Tuhanku, melebihi balasan orang-orang yang kekurangan. Aku lari dariMu untuk mendekatiMu seraya mengharapkan ampunan untuk orang yang bersangka baik padaMu
            Curahi aku anugerahMu, ya Sayyidi, beri daku maafMu, muliakan daku
dengan tiraiMu (terhadap aibku), ampuni kejahatanku dengan kemuliaan wajahMu
            Sayyidi, inilah aku si jahil yang sudah Engkau pintarkan; akulah si sesat yang telah Kau tunjuki; akulah si hina yang telah Kau tinggikan; akulah yang pernah takut lalu Engkau tentramkan; akulah orang lapar yang Engkau kenyangkan; akulah orang haus yang Engkau puaskan; akulah orang telanjang yang telah Engkau beri pakaian; akulah si fakir yang Engkau kayakan; akulah si lemah yang Engkau kuatkan; akulah si rendah yang Engkau tinggikan; akulah si sakit yang Engkau sembuhkan; akulah pemohon yang Engkau beri; akulah pedosa yang Engkau tutupi; akulah orang salah yang Engkau ampuni; akulah orang sedikit yang Engkau banyakkan; akulah orang tertindas yang Engkau lindungi; akulah orang terhempas yang Engkau naungi.
        Ini aku, ya Rabbi, yang tidak malu padaMu dalam kesendirian; dan tidak menyadari kehadiranMu dalam kerumunan. Inilah aku yang mendapat bencana besar. Akulah orang yang berani melawan junjunganNya. Akulah orang yang durhaka pada penguasa langit. Akulah yang ketagihan maksiat yang besar.Akulah yang ketika dirayu dosa segera keluar menyongsongnya. Engkau biarkan daku, tetapi aku tidak menginsafi. Engkau tutupi aibku, tetapi aku tidak malu. Aku lakukan maksiat dan melebihi batas. Engkau jatuhkan aku dari sisiMu, tetapi aku tak peduli.
            Karena kemurahanMu, Kaubiarkan aku. Dengan tiraiMu Kau tutupi aibku.
Ketika aku berbuat dosa menentangMu, Ilahi, tidaklah aku menolak RububiyahMu.
Tidak juga aku meremehkan perintahMu. Tidak juga aku mengecilkan ancamanMu.
Tetapi kesalahan datang menguasai diriku. Hawa nafsu mengendalikanku.
            Sekarang ini, siapa lagi yang akan menyelamatkan daku dari azabMu;
siapa nanti yang akan melepaskan aku dari cengkeraman musuh-musuhMu.
Bila Kau putuskan taliMu; kepada siapa lagi aku harus bergantung.
Seandainya aku tidak mengharapkan kemurahanMu untuk tidak putus asa pada
rahmatMu, tentu sudah putus asa aku mengenangkan seluruh perbuatanku.
        Demi kebesaranMu, sekiranya Engkau campakkan aku, aku akan tetap
berdoa di depan pintuMu. Aku tidak akan menghentikan rintihanku padaMu.
Karena telah Engkau berikan pengetahuan tentang kemurahanMu dan keluasan
rahmatMu. Ke mana seorang hamba harus pergi kalau bukan kepada junjungannya.
Ke mana seorang makhluk akan berlindung kalau bukan pada khaliqNya.

            Ilahi, sekiranya Engkau mengikatku dengan belenggu, dan Engkau
larang aku mendekatiMu di hadapan para saksi; Engkau tunjukkan kejahatanku
di depan mata manusia. Engkau perintahkan aku masuk neraka. Engkau pisahkan
antara aku dengan orang-orang baik.Aku tidak akan memutuskan harapanku padaMu.
Aku tidak akan menyingkirkan harapanku akan ampunanMu. Dan tidak akan
hilang cintaMu dari hatiku.
            Allahumma shalli 'ala Muhammaad wa  ali Muhammad.
            Aku tidak akan melupakan bantuanMu untukku; aku tidak lupa ketika
Engkau menutup aibku di dunia. Sayyidi, keluarkan kecintaan dunia di hatiku.
Kumpulkan aku bersama Nabi Al-Musthafa dan keluarganya, pilihanMu di antara
makhlukMu, serta penutup semua nabi. Angkatlah aku ke derajat tobat padaMu.
Bantulah aku untuk menangisi diriku. Aku sudah menyia-nyiakan usiaku dengan
penangguhan dan angan-angan. Aku sudah jatuh pada kedudukan orang yang putus harapan.
        Siapa gerangan yang keadaannya lebih jelek dari diriku. Jika dalam
keadaan seperti ini diriku dipindahkan ke kuburku, aku belum menyiapkan
pembaringanku, aku belum hamparkan amal saleh untuk tikarku.
Bagaimana aku tidak menangis, sedangkan aku tidak tahu akhir perjalananku.
Kulihat nafsu menipuku dan hari-hari melengahkanku. Padahal maut sudah
menggerak-gerakkan sayapnya di atas kepalaku.

        Bagaimana aku tidak menangis (bila kukenang) saat aku menghembuskan
nafas terakhirku. Aku menangis karena kegelapan kuburku; aku menangis karena
kesempitan lahadku; aku menangis karena pertanyaan Munkar dan Nakir bagiku;
aku menangis karena aku keluar dari kuburku dalam keadaan telanjang, hina,
sambil memikul beban dosaku di atas punggungku; lalu aku melihat ke kiri dan
ke kanan, kulihat keaadaaan orang lain berbeda dengan keadaaanku.
Pada hari itu semua orang sibuk dengan keadaaannya.
Wajah-wajh hari itu berdebu, tertutup kelabu dan kehinaan.
        Sayyidi, Engkau sajalah Perlindunganku dan Sandaranku, Harapanku, dan Tawakalku. Pada rahmatMu kugantungkan diriku. Engkau berikan rahmatMu
kepada siapa saja yang Engkau kehendaki. Engkau tunjuki dengan kemuliaanMu
siapa saja yang Engkau cintai. BagiMu pujian setelah Kaubersihkan hatiku
dari kemusyrikan. BagiMu pujian karena telah Kaulepaskan lidahku.
Apakah enggan lidahku yang kelu ini aku harus mensyukuriMu atau
dengan segala upayaku aku harus memperoleh ridhaMu.
        Ya Rabbi, apa artinya lidahku di samping syukurMu.
Apa artinya amalku di samping nikmatMu dan kebaikanMu.
        Allahumma shalli 'ala Muhammad wa 'ala ali Muhammad.
            Sayyidi, kasihi aku ketika patah kerjaku, ketika kelu lidahku untuk
menjawabMu, dan hancur hatiku  ketika Engkau menanyaiku. Wahai yang paling
besar tumpuan harapanku. Janganlah Engkau kecewakan daku ketika berat
keperluanku. Janganlah Engkau tolak aku karena kejahilanku.
Janganlah Engkau larang aku karena kecilnya rasa maluku.
Berilah aku karena kefakiranku. Sayangi daku karena kelemahanku.
        Ilahi, Engkau yang melimpahkan karuniaMu pada orang yang tidak
bermohon padaMu dan pada orang-orang yang menolak rububiyahMu.
Maka apalagi, ya Sayyidi, bagi orang-orang yang yakin bahwa segala cipta dan perintah ada di tanganMu.
            Sayyidi, inilah hambaMu yang dibawa kesulitan untuk berdiri di depan pintuMu mengetuk pintu kebaikanMu dengan doanya. Jangan Engkau palingkan wajahMu yang mulia dariku, terimalah apa yang aku ucapkan.
Aku sudah berdoa dengan doa ini.
Aku berharap janganlah Engkau menolakku mengingat aku telah mengenal kasih dan rahmatMu.
            Ilahi, Sayyidi, demi kebesaran dan keagunganMu.
Jika Engkau menuntut dosa-dosaku aku akan menuntut ampunanMu. Jika Engkau menuntut aku karena kesalahanku, aku akan menuntut kemurahanMu.
Jika Engkau masukkan aku ke neraka, akan aku kabarkan kepada semua ahli neraka kecintaanku padaMu.
            Illahi, Sayyidi, jika sekiranya Engkau hanya mengampuni kekasih-
kekasihMu saja  dan orang-orang yang taat kepadaMu, lalu kepada siapa
berlindung para pedosa?











Dengki - I


Ada seorang lelaki yang setiap hari mengunjungi raja.Setelah bertemu raja, ia selalu berkata, "Orang yang berbuat baik akan mendapat balasan, dan orang yang berbuat buruk, cukup keburukan itu sebagai balasannya."
Ada seseorang yang dengki melihat keakraban lelaki itu dengan raja.
Lelaki itu memiliki kedudukan yang dekat dengan raja, setiap hari ia bertemu raja," pikir si pendengki dengan perasaan kurang senang.

Si pendengki kemudian menemui raja dan berkata, "Lelaki yang setiap hari menemuimu, jika keluar dari sini selalu berbicara buruk tentang kamu. Ia juga berkata bahwa bau mulutmu busuk."
Raja terdiam.

Sekeluarnya dari kerajaan, pendengki duduk di tepi jalan yang biasa dilalui oleh lelaki yang akrab dengan raja. Ketika si lelaki itu lewat dalam perjalanannya menemui raja. Ia menghadangnya, "Kemarilah, singgahlah ke rumahku."

Setelah temannya singgah ke rumahnya, si pendengki menawarkan bawang
merah dan putih, dan memaksanya agar ia memakannya. Karena dipaksa, ia akhirnya mau juga memakannya untuk melegakan hati orang itu. Bau bawang merah dan putih itu tentu tidak mudah hilang.

Selesai berkunjung ke tempat si pendengki, lelaki itu sebagaimana biasa mengunjungi raja. Sewaktu berjabatan tangan dengan raja, ia menutup mulutnya agar raja tidak mencium bau mulutnya.

"Rupanya benar perkataan orang itu, ia benar-benar menganggap mulutku
bau," pikir raja. Sang raja kemudian memikirkan suatu rencana jahat.

Lelaki itu kemudian duduk dan berkata sebagaimana biasa, "Orang yang berbuat baik akan mendapat balasan, dan orang yang berbuat buruk, cukup keburukan itu sebagai balasannya."

Setelah merasa waktu berkunjungnya sudah cukup, ia kemudian pamit kepada raja. Raja berkata, "Bawalah surat ini dan serahkanlah kepada fulan." Surat itu berisi, "Jika sampai kepadamu pembawa surat ini, maka sembelih dan kulitilah dia, kemudian isilah tubuhnya dengan jerami."

Lelaki tadi keluar membawa surat raja. Di tengah jalan ia dihadang oleh si pendengki.

"Apa yang kamu bawa?" tanyanya.
"Surat raja untuk fulan. Surat ini beliau tulis dengan tangannya sendiri. Biasanya beliau tidak pernah menulis surat sendiri, kecuali dalam urusan pembagian hadiah.".
"Berikanlah surat itu kepadaku, aku ini sedang butuh uang," pintanya.

Ia kemudian menceritakan kesulitan hidupnya. Karena kasihan, surat itu kemudian ia serahkan kepada si pendengki.
Si Pendengki menerimanya dengan senang hati. Setelah sampai di tempat tujuan, ia menyerahkan surat itu kepada teman raja.
"Masuklah ke sini, raja menyuruhku membunuhmu," kata teman raja.
"Yang dimaksud bukan aku, coba tunggulah sebentar biar kujelaskan,"
katanya ketakutan.
"Perintah raja tak bisa ditunda," kata teman raja.
Ia lalu membunuh, menguliti dan mengisi tubuh si pendengki dengan jerami.

Keesokan harinya, lelaki itu datang sebagaimana biasa dan berkata, "Orang yang berbuat baik akan mendapat balasan, dan orang yang berbuat buruk, cukup keburukan itu sebagai balasannya."
Raja heran melihatnya masih hidup. Setelah diselidiki, terbongkarlah keburukan si pendengki.

"Tidak ada sesuatu yang terjadi antara aku dengannya, hanya saja kemarin ia mengundangku kerumahnya dan memaksaku makan bawang merah dan putih. Waktu aku menemuimu kututup mulutku agar kamu tidak mencium bau tidak sedap dari mulutku. Sekeluarnya dari sini, ia menemuiku dan menanyakan titipanmu," lelaki itu kemudian menceritakan semua yang terjadi.

Mendengar jalannya cerita, tahulah raja bahwa orang itu ternyata dengki kepada sahabatnya. "Benar ucapanmu, orang yang berbuat baik akan mendapat balasan, dan orang yang berbuat buruk, cukup keburukan itu sebagai balasannya." 

Kedengkian di hati orang itu telah membunuh dirinya sendiri.
Dengki itu merusak amal

Dengki memakan kebaikan seperti api memusnahkan kayu bakar. (HR Ibnu
Majah)
Kedengkian seseorang hanya akan berakibat buruk bagi orang itu sendiri.


Habib Muhammad bin Hadi bin Hasan bin Abdurrahman Asseqaf, Tuhfatul
Asyraf, Kisah dan Hikmah

0 komentar:

Posting Komentar

Dynamic Blinkie Text Generator at TextSpace.net

Welcome

Powered By Blogger

Pesan Pembuka

O'Clock

animasi blog

Harapan

nopri-diningrat.blogspot.com

Tabel List

TUTORIAL BLOG

TRIK FACEBOOK

TECHNO

Kegagalan Adalah Suatu Kesuksesan Yang Tertunda
Follows: Twitter: @nopri_bikers
Facebook: nopri diningrat
E-mail: nopri_tdr@yahoo.com




Senin, 28 Januari 2013

The Quote



Bismillaahirrahmaanirrahiim.
Alhamdulillaahirabbil'aalamiin.
Allaahumma shalli 'alaa Muhammad wa 'alaa alihii Muhammad.

"Jika Allah menghendaki kebaikan bagi hamba-Nya, maka Dia menyegerakan
 hukuman di dunia. Jika Allah menghendaki keburukan bagi hamba-Nya, maka
 Dia menahan hukuman kesalahannya sampai disempurnakan-Nya pada hari
 Kiamat." (HR. Imam Ahmad, At-Turmidzi, Al-Hakim, Ath-Thabrani, dan Al-Baihaqi).

Hadits di atas bersumber dari Abdullah bin Mughaffal. Menurut Al-Haitsami,
periwayatan hadits ini shahih.

Diriwayatkan bahwa salah seorang lelaki telah bertemu dengan seorang wanita yang disangkanya pelacur. Lelaki itu menggoda sampai-sampai tangannya menyentuh tubuhnya. Atas perlakuan itu, sang wanita berkata, "Cukup!"
Lantaran terkejut, lelaki ini menoleh ke belakang, namun terbentur tembok
dan terluka.

Lelaki usil itu pergi menemui Rasulullah dan menceritakan pengalamannya.
Komentar Rasulullah? "Engkau seorang yang masih dikehendaki Allah menjadi baik."
Selanjutnya beliau bersabda, sebagaimana dalam hadits di atas.

Dalam riwayat At-Turmudzi, hadits itu disempurnakan dengan lafadz sbb,
"Dan sesungguhnya Allah, jika Dia mencintai suatu kaum, Dia menguji mereka.
 Jika mereka ridha, maka Allah ridha kepadanya. Jika mereka benci,  Allah membencinya."

Kecintaan Allah pada hamba-Nya di dunia tidak selalu diwujudkan dalam bentuk pemberian materi atau kenikmatan lainnya. Kecintaan itu justru sering berbentuk --oleh sebagian orang disebut-- adzab. Sebenarnya bukan adzab, tapi yang tepat adalah ujian. Berat ringannya ujian itu tergantung kepada kuat tidaknya iman seseorang.

Orang yang paling disayangi dan dikasihi Allah adalah para Nabi dan Rasul. Justru mereka adalah orang yang paling berat menerima ujian semasa hidupnya di dunia. Ujia mereka sangat berat melebihi ujian yang diberikan kepada siapapun juga. Demikian secara berurutan, para syuhada dan kemudian shalihin. Yang jelas bahwa setelah orang menyatakan, "Kami beriman", Allah langsung menyiapkan ujian baginya. Allah berfirman :
"Apakah manusia itu mengira bahwa mereka akan dibiarkan (saja) mengatakan
'Kami telah beriman,' lantas tidak diuji lagi? Sungguh Kami telah menguji
 orang-orang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang
 yang benar dan mengetahui orang-orang yang dusta." (Q.S, Al-Ankabut : 2-3)

Selain ujian demi ujian diberikan kepada orang yang beriman, maka teguran demi
teguran juga diberikan kepadanya. Teguran itu kadang halus,tetapi sering-sering kasar.
Bagi yang kepekaan imannya tinggi, teguran halus saja sudah cukup untuk menyadarkannya.
Akan tetapi bagi mereka yang telah hilang kepekaannya, teguran yang keras sekalipun tak bisa menyadarkannya.

Apa yang dialami oleh lelaki yang datang kepada Rasulullah sebagaimana
hadits di atas merupakan teguran Allah secara langsung agar ia sadar
atas kekeliruannya, dan tidak mengulangi kesalahannya. Lelaki itu sangat bersyukur atas kecelakaan yang menimpa dirinya. Wajah yang benjol dan darah yang mengalir di wajahnya tidak seberapa dibandingkan dengan nilai kesadaran yang baru dirasakannya.

Kecelakaan itu semakin tidak berarti apa-apa jika dibandingkan dengan siksa yang bakal diterimanya di akhirat kelak. Bukankah setiap dosa akan ditimbang dan dibalas sesuai dengan bobotnya? Dengan kecelakaan itu ia bertobat. Dengan bertobat terhapuslah dosanya. Tentang hal ini Rasulullah bersabda, "Tiada suatupun yang menimpa seorang mukmin, baik berupa kepayahan, sakit, sedih, susah, atau perasaan murung, bahkan duri yang mengenai dirinya, kecuali Allah akan melebur kesalahan-kesalahannya lantaran kesusahan-kesusahan tersebut."(HR. Bukhari dan Muslim).

Karena itu jika mengalami suatu musibah, jangan cepat-cepat mengeluh.
Cari dulu sebab musababnya. Jangan-jangan musibah itu merupakan teguran
dari Allah SWT atas berbagai kesalahan yang telah kita lakukan.
Mungkin saja musibah itu nampak tidak ada kaitannya sama sekali, tapi cobalah untuk mengurut-urut beberapa langkah yang pernah kita lakukan sebelumnya.

Kasih sayang Allah tidak selalu berwujud kesenangan, melimpahnya harta,
tercapainya segala keinginan, dan jauh dari berbagai musibah. Justru bisa jadi sebaliknya. Orang yang mendapatkan berbagai kesenangan itulah yang tidak dicintai-Nya. Orang tersebut dibiarkan tenggelam dalam kesenangan dunia sampai tiba ajalnya. Pada saat itu semua kesenangan dicabut dan diganti dengan berbagai siksa yang mengerikan, baik ketika di dalam kubur, di padang mahsyar, maupun di neraka. Naudzubillaahi min dzaalik.

Wabillaahi taufik wal hidayah.
Wassalamu'alaikum wr. wb.—






             Bismillaahirrahmaanirrahiim

            Ya Allah, setiap aku berkata:aku sudah siap sedia. Lalu aku berdiri untuk shalat di hadapanMu dan menyeruMu, Engkau berikan padaku rasa mengantuk ketika aku shalat. Engkau tidak memberikan kesempatan untuk bermunajat padaMu. Setiap kali aku berkata: Sudah bersih hatiku, sudah dekat kedudukanku dengan majelis orang-orang yang bertobat, datanglah bencana, kakiku tergelincir dan terpentallah aku dari berkhidmat kepadaMu.
            Sayyidi, mungkin Engkau sudah mengusir aku dari pintuMu, sehingga Engkau jauhkan aku dari berkhidmat padaMu. Atau mungkin Engkau melihat aku melalaikan hakMu lalu Engkau jauhkan aku.Atau mungkin melihat aku berpaling dariMu, lalu Engkau tinggalkan daku. Atau mungkin Engkau mendapatkanku pada tempat para pendusta lalu Engkau campakkan aku.
Atau barangkali Engkau melihat aku tidak mensyukuri nikmatMu lalu engkau
asingkan aku. Atau mungkin Engkau tidak mendapatkanku pada majelis para
ulama lalu Engkau tolak aku. Atau mungkin Engkau dapatkan daku di tengah-
tengah orang durhaka lalu Engkau alangi antara aku dan diriMu.
Atau barangkali Engkau tidak senang mendengar doaku lalu Engkau jauhi aku.
Atau barangkali Engkau menghujatku karena kurangnya rasa maluku.
        Jika Engkau ampuni, ya Rabbi, betapa banyaknya pedosa sebelumku yang telah  Engkau ampuni. Karena kemurahanMu, duhai Tuhanku, melebihi balasan orang-orang yang kekurangan. Aku lari dariMu untuk mendekatiMu seraya mengharapkan ampunan untuk orang yang bersangka baik padaMu
            Curahi aku anugerahMu, ya Sayyidi, beri daku maafMu, muliakan daku
dengan tiraiMu (terhadap aibku), ampuni kejahatanku dengan kemuliaan wajahMu
            Sayyidi, inilah aku si jahil yang sudah Engkau pintarkan; akulah si sesat yang telah Kau tunjuki; akulah si hina yang telah Kau tinggikan; akulah yang pernah takut lalu Engkau tentramkan; akulah orang lapar yang Engkau kenyangkan; akulah orang haus yang Engkau puaskan; akulah orang telanjang yang telah Engkau beri pakaian; akulah si fakir yang Engkau kayakan; akulah si lemah yang Engkau kuatkan; akulah si rendah yang Engkau tinggikan; akulah si sakit yang Engkau sembuhkan; akulah pemohon yang Engkau beri; akulah pedosa yang Engkau tutupi; akulah orang salah yang Engkau ampuni; akulah orang sedikit yang Engkau banyakkan; akulah orang tertindas yang Engkau lindungi; akulah orang terhempas yang Engkau naungi.
        Ini aku, ya Rabbi, yang tidak malu padaMu dalam kesendirian; dan tidak menyadari kehadiranMu dalam kerumunan. Inilah aku yang mendapat bencana besar. Akulah orang yang berani melawan junjunganNya. Akulah orang yang durhaka pada penguasa langit. Akulah yang ketagihan maksiat yang besar.Akulah yang ketika dirayu dosa segera keluar menyongsongnya. Engkau biarkan daku, tetapi aku tidak menginsafi. Engkau tutupi aibku, tetapi aku tidak malu. Aku lakukan maksiat dan melebihi batas. Engkau jatuhkan aku dari sisiMu, tetapi aku tak peduli.
            Karena kemurahanMu, Kaubiarkan aku. Dengan tiraiMu Kau tutupi aibku.
Ketika aku berbuat dosa menentangMu, Ilahi, tidaklah aku menolak RububiyahMu.
Tidak juga aku meremehkan perintahMu. Tidak juga aku mengecilkan ancamanMu.
Tetapi kesalahan datang menguasai diriku. Hawa nafsu mengendalikanku.
            Sekarang ini, siapa lagi yang akan menyelamatkan daku dari azabMu;
siapa nanti yang akan melepaskan aku dari cengkeraman musuh-musuhMu.
Bila Kau putuskan taliMu; kepada siapa lagi aku harus bergantung.
Seandainya aku tidak mengharapkan kemurahanMu untuk tidak putus asa pada
rahmatMu, tentu sudah putus asa aku mengenangkan seluruh perbuatanku.
        Demi kebesaranMu, sekiranya Engkau campakkan aku, aku akan tetap
berdoa di depan pintuMu. Aku tidak akan menghentikan rintihanku padaMu.
Karena telah Engkau berikan pengetahuan tentang kemurahanMu dan keluasan
rahmatMu. Ke mana seorang hamba harus pergi kalau bukan kepada junjungannya.
Ke mana seorang makhluk akan berlindung kalau bukan pada khaliqNya.

            Ilahi, sekiranya Engkau mengikatku dengan belenggu, dan Engkau
larang aku mendekatiMu di hadapan para saksi; Engkau tunjukkan kejahatanku
di depan mata manusia. Engkau perintahkan aku masuk neraka. Engkau pisahkan
antara aku dengan orang-orang baik.Aku tidak akan memutuskan harapanku padaMu.
Aku tidak akan menyingkirkan harapanku akan ampunanMu. Dan tidak akan
hilang cintaMu dari hatiku.
            Allahumma shalli 'ala Muhammaad wa  ali Muhammad.
            Aku tidak akan melupakan bantuanMu untukku; aku tidak lupa ketika
Engkau menutup aibku di dunia. Sayyidi, keluarkan kecintaan dunia di hatiku.
Kumpulkan aku bersama Nabi Al-Musthafa dan keluarganya, pilihanMu di antara
makhlukMu, serta penutup semua nabi. Angkatlah aku ke derajat tobat padaMu.
Bantulah aku untuk menangisi diriku. Aku sudah menyia-nyiakan usiaku dengan
penangguhan dan angan-angan. Aku sudah jatuh pada kedudukan orang yang putus harapan.
        Siapa gerangan yang keadaannya lebih jelek dari diriku. Jika dalam
keadaan seperti ini diriku dipindahkan ke kuburku, aku belum menyiapkan
pembaringanku, aku belum hamparkan amal saleh untuk tikarku.
Bagaimana aku tidak menangis, sedangkan aku tidak tahu akhir perjalananku.
Kulihat nafsu menipuku dan hari-hari melengahkanku. Padahal maut sudah
menggerak-gerakkan sayapnya di atas kepalaku.

        Bagaimana aku tidak menangis (bila kukenang) saat aku menghembuskan
nafas terakhirku. Aku menangis karena kegelapan kuburku; aku menangis karena
kesempitan lahadku; aku menangis karena pertanyaan Munkar dan Nakir bagiku;
aku menangis karena aku keluar dari kuburku dalam keadaan telanjang, hina,
sambil memikul beban dosaku di atas punggungku; lalu aku melihat ke kiri dan
ke kanan, kulihat keaadaaan orang lain berbeda dengan keadaaanku.
Pada hari itu semua orang sibuk dengan keadaaannya.
Wajah-wajh hari itu berdebu, tertutup kelabu dan kehinaan.
        Sayyidi, Engkau sajalah Perlindunganku dan Sandaranku, Harapanku, dan Tawakalku. Pada rahmatMu kugantungkan diriku. Engkau berikan rahmatMu
kepada siapa saja yang Engkau kehendaki. Engkau tunjuki dengan kemuliaanMu
siapa saja yang Engkau cintai. BagiMu pujian setelah Kaubersihkan hatiku
dari kemusyrikan. BagiMu pujian karena telah Kaulepaskan lidahku.
Apakah enggan lidahku yang kelu ini aku harus mensyukuriMu atau
dengan segala upayaku aku harus memperoleh ridhaMu.
        Ya Rabbi, apa artinya lidahku di samping syukurMu.
Apa artinya amalku di samping nikmatMu dan kebaikanMu.
        Allahumma shalli 'ala Muhammad wa 'ala ali Muhammad.
            Sayyidi, kasihi aku ketika patah kerjaku, ketika kelu lidahku untuk
menjawabMu, dan hancur hatiku  ketika Engkau menanyaiku. Wahai yang paling
besar tumpuan harapanku. Janganlah Engkau kecewakan daku ketika berat
keperluanku. Janganlah Engkau tolak aku karena kejahilanku.
Janganlah Engkau larang aku karena kecilnya rasa maluku.
Berilah aku karena kefakiranku. Sayangi daku karena kelemahanku.
        Ilahi, Engkau yang melimpahkan karuniaMu pada orang yang tidak
bermohon padaMu dan pada orang-orang yang menolak rububiyahMu.
Maka apalagi, ya Sayyidi, bagi orang-orang yang yakin bahwa segala cipta dan perintah ada di tanganMu.
            Sayyidi, inilah hambaMu yang dibawa kesulitan untuk berdiri di depan pintuMu mengetuk pintu kebaikanMu dengan doanya. Jangan Engkau palingkan wajahMu yang mulia dariku, terimalah apa yang aku ucapkan.
Aku sudah berdoa dengan doa ini.
Aku berharap janganlah Engkau menolakku mengingat aku telah mengenal kasih dan rahmatMu.
            Ilahi, Sayyidi, demi kebesaran dan keagunganMu.
Jika Engkau menuntut dosa-dosaku aku akan menuntut ampunanMu. Jika Engkau menuntut aku karena kesalahanku, aku akan menuntut kemurahanMu.
Jika Engkau masukkan aku ke neraka, akan aku kabarkan kepada semua ahli neraka kecintaanku padaMu.
            Illahi, Sayyidi, jika sekiranya Engkau hanya mengampuni kekasih-
kekasihMu saja  dan orang-orang yang taat kepadaMu, lalu kepada siapa
berlindung para pedosa?











Dengki - I


Ada seorang lelaki yang setiap hari mengunjungi raja.Setelah bertemu raja, ia selalu berkata, "Orang yang berbuat baik akan mendapat balasan, dan orang yang berbuat buruk, cukup keburukan itu sebagai balasannya."
Ada seseorang yang dengki melihat keakraban lelaki itu dengan raja.
Lelaki itu memiliki kedudukan yang dekat dengan raja, setiap hari ia bertemu raja," pikir si pendengki dengan perasaan kurang senang.

Si pendengki kemudian menemui raja dan berkata, "Lelaki yang setiap hari menemuimu, jika keluar dari sini selalu berbicara buruk tentang kamu. Ia juga berkata bahwa bau mulutmu busuk."
Raja terdiam.

Sekeluarnya dari kerajaan, pendengki duduk di tepi jalan yang biasa dilalui oleh lelaki yang akrab dengan raja. Ketika si lelaki itu lewat dalam perjalanannya menemui raja. Ia menghadangnya, "Kemarilah, singgahlah ke rumahku."

Setelah temannya singgah ke rumahnya, si pendengki menawarkan bawang
merah dan putih, dan memaksanya agar ia memakannya. Karena dipaksa, ia akhirnya mau juga memakannya untuk melegakan hati orang itu. Bau bawang merah dan putih itu tentu tidak mudah hilang.

Selesai berkunjung ke tempat si pendengki, lelaki itu sebagaimana biasa mengunjungi raja. Sewaktu berjabatan tangan dengan raja, ia menutup mulutnya agar raja tidak mencium bau mulutnya.

"Rupanya benar perkataan orang itu, ia benar-benar menganggap mulutku
bau," pikir raja. Sang raja kemudian memikirkan suatu rencana jahat.

Lelaki itu kemudian duduk dan berkata sebagaimana biasa, "Orang yang berbuat baik akan mendapat balasan, dan orang yang berbuat buruk, cukup keburukan itu sebagai balasannya."

Setelah merasa waktu berkunjungnya sudah cukup, ia kemudian pamit kepada raja. Raja berkata, "Bawalah surat ini dan serahkanlah kepada fulan." Surat itu berisi, "Jika sampai kepadamu pembawa surat ini, maka sembelih dan kulitilah dia, kemudian isilah tubuhnya dengan jerami."

Lelaki tadi keluar membawa surat raja. Di tengah jalan ia dihadang oleh si pendengki.

"Apa yang kamu bawa?" tanyanya.
"Surat raja untuk fulan. Surat ini beliau tulis dengan tangannya sendiri. Biasanya beliau tidak pernah menulis surat sendiri, kecuali dalam urusan pembagian hadiah.".
"Berikanlah surat itu kepadaku, aku ini sedang butuh uang," pintanya.

Ia kemudian menceritakan kesulitan hidupnya. Karena kasihan, surat itu kemudian ia serahkan kepada si pendengki.
Si Pendengki menerimanya dengan senang hati. Setelah sampai di tempat tujuan, ia menyerahkan surat itu kepada teman raja.
"Masuklah ke sini, raja menyuruhku membunuhmu," kata teman raja.
"Yang dimaksud bukan aku, coba tunggulah sebentar biar kujelaskan,"
katanya ketakutan.
"Perintah raja tak bisa ditunda," kata teman raja.
Ia lalu membunuh, menguliti dan mengisi tubuh si pendengki dengan jerami.

Keesokan harinya, lelaki itu datang sebagaimana biasa dan berkata, "Orang yang berbuat baik akan mendapat balasan, dan orang yang berbuat buruk, cukup keburukan itu sebagai balasannya."
Raja heran melihatnya masih hidup. Setelah diselidiki, terbongkarlah keburukan si pendengki.

"Tidak ada sesuatu yang terjadi antara aku dengannya, hanya saja kemarin ia mengundangku kerumahnya dan memaksaku makan bawang merah dan putih. Waktu aku menemuimu kututup mulutku agar kamu tidak mencium bau tidak sedap dari mulutku. Sekeluarnya dari sini, ia menemuiku dan menanyakan titipanmu," lelaki itu kemudian menceritakan semua yang terjadi.

Mendengar jalannya cerita, tahulah raja bahwa orang itu ternyata dengki kepada sahabatnya. "Benar ucapanmu, orang yang berbuat baik akan mendapat balasan, dan orang yang berbuat buruk, cukup keburukan itu sebagai balasannya." 

Kedengkian di hati orang itu telah membunuh dirinya sendiri.
Dengki itu merusak amal

Dengki memakan kebaikan seperti api memusnahkan kayu bakar. (HR Ibnu
Majah)
Kedengkian seseorang hanya akan berakibat buruk bagi orang itu sendiri.


Habib Muhammad bin Hadi bin Hasan bin Abdurrahman Asseqaf, Tuhfatul
Asyraf, Kisah dan Hikmah

Kata Kata Bijak

Kesalahan adalah pengalaman hidup, belajarlah darinya. Jangan mencoba tuk menjadi sempurna. Cobalah menjadi teladan bagi sesama.

Nasihat Sukses

Jika Anda tidak mampu mendekatinya, mengatasinya atau melewatinya, lebih baik Anda bernegosiasi dengannya.

Kata-Kata Mutiara

MOTIVASI : Jangan berhenti berupaya ketika menemui kegagalan. Karena kegagalan adalah cara Tuhan mengajari kita tentang arti kesungguhan.

Box Coment

 
Template Indonesia | nopri diningrat
Aku cinta Indonesia_ Nopri diningrat_ Pagaralam