Energi Keikhlashan
Mendung
menyelimuti langit Cilember......laksana mendung yang perlahan merayapi hati
Zahra. Dibacanya surat Nisa sekali lagi...Ukhti Zahra,... Ana mengundurkan diri
dari kepengurusan LDK. Ana tak sanggup lagi beramal jama'i dengan Dewan Pembina
yang angkuh dan keras kepala itu!! Mereka hanya bisa menilai, mengkritik dan
menyalahkan hasil kerja bidang kaderisasi. Kontribusi mereka sendiri nyaris tak
ada!!. Selama ini, Ana sudah berusaha memaklumi, tapi..... Rasanya ana tak
sanggup bertahan, batas toleransi ana sudah habis. Biarlah ana mundur...!!
Mungkin ini jalan terbaik.....
Langit Cilember
semakin muram, tetes air hujan jatuh perlahan menyapa bumi. Zahra masih setia
menekuri surat Nisa didepan jendela kamarnya, di Villa sederhana yang dibangun
orang tuanya di Cilember. Tak ada yang berubah dari isi surat itu, walupun
Zahra ingin, sungguh ia ingin isi surat itu berubah........
Kristal - kristal
bening perlahan membasahi wajah duka itu, Zahra beranjak mengambil beberapa
helai kertas dan mulai melarungkan selaksa rasa di hatinya.....
Ba'da tahmid wa
sholawat
Ukhti Nisa,
saudariku seperjuangan yang dicintai Allah......
Membaca surat
pengunduran dirimu dari kepengurusan LDK, meninggalkan lara dalam hatiku.
Rasanya tak percaya bahwa surat itu ditulis oleh seorang mujahidah setangguh
dirimu. Nisa yang aku kenal merupakan sosok akhwat yang tak mudah patah hanya
karena masalah - masalah sepele. Mujahidah yang telah teruji dengan berbagai
ujian di lapangan dakwah. Yang selalu menyediakan kelapangan hati dan selalu
memaafkan kealpaan saudara - saudara seperjuangannya. Tak pernah berkeluh kesah
dengan setumpuk amanah dakwah yang dipercayakan kepadanya. Nisa yang tak pernah
lepas dengan pertanyaan khasnya......"Apa kabar dakwah hari ini??"
Ukhti Nisa, yang
aku cintai karena Allah
Membaca suratmu
melahirkan sepi dan hampa dalam relung - relung hatiku. Kemana pergi bara
semangat yang mengalirkan kekuatan amal dalam setiap derap langkahmu?? Semangat
yang senantiasa kau alirkan kepada saudarimu seperjuangan. Mengapa begitu cepat
ia meredup?? Aku tahu ukhti, engkau tidak sepenuhnya salah. Aku tahu engkau
kecewa dengan sikap tak bijak senior kita di dewan pembinaan. Mereka yang
selalu menuntut tapi lupa untuk memberi, mereka yang selalu mengkritik tapi enggan
menghargai. Aku tahu apa warna kecewamu.
Ukhti Nisa, yang
aku sayangi
Kesabaran tak
pernah mengenal batas, ia adalah telaga yang tak pernah kering, ia adalah
matahari yang tak pernah berhenti bersinar. Karena kesabaran yang kita untai
adalah karena Allah, cuma karena Allah saja. Maka ia tak boleh menguap dalam
setiap hembusan nafas kita. Kesabaran yang membuat kita mampu bertahan
menghadapi ujian dakwah, kesabaran yang mampu membuat kita memafkan kealpaan
saudara kita sepahit apapun luka yang ia torehkan. Kesabaranmu bukan karena
senior - senior kita di dewan pembina, bukan pula karena engkau PJ kaderisasi
akhwat, bukan pula karena aku. Sekali lagi saudariku......karena Allah saja
Ukhti Nisa
saudariku......
Keputusanmu
mengundurkan diri dari barisan dakwah hanyalah menambah panjang daftar orang -
orang yang terpuruk. Orang - orang yang kalah dan patah, mereka yang
gugur.......sebelum tugas selesai ditunaikan. Saudariku dakwah ini harus
dibangun diatas keikhlasan hati, yang mengalirkan energi amal yang tak pernah
padam. Dengannya seorang muharrik dakwah tak akan loyo, malas apalagi letih dan
kemudian mundur dari medan dakwah. Energi Keikhlasan akan membuatnya tatap
tegar, tak mudah marah dan frustasi. Sesungguhnya keikhlasan mengharuskan kita
tetap berdakwah dan bertahan meskipun banyak orang dan banyak hal meninggalkan
jejak kekecewaan dalam hati kita. Karena kita melakukan dakwah ini karena
mengharap ridho Allah saja, bukan karena siapa - siapa.
Ukhti Nisa, yang
aku cintai......
Dakwah adalah hak
setiap orang, ia bukan hak prerogatif seseorang. Maka tak layak engkau munduri
dari jalan dakwah karena perasaan kecewamu pada seseorang atau terhadap hal -
hal yang tidak berkenan dihatimu.
Ingatlah
ukhti......Da'wah akan tetap berjalan dengan atau tanpa kita, Tapi kita akan
mati karena dakwah..!!!
Ukhti
Nisa........pintu dakwah masih terbuka lebar untukmu, ku ulurkan tanganku untuk
kembali bersama - sama meniti jalan ini. Bilakah kau menyambutnya.......??
Penuh sayang,
saudarimu Zahra
Langit Cilember
masih saja muram, hujan masih setia menyapa bumi. Namun hati Zahra tak lagi
mendung, senyum takzim terukir di bibirnya. Dilantunkannya bait - bait do'a
robitho untuk Nisa, sepenuh harap semoga Allah mengabulkan doanya.
Bumi Kalisari
yang mendung
Izzatuna Hanifa
(0901)
0 komentar:
Posting Komentar