Kekhawatiran Nabi
Sebagai pengikut Rasulullah Saw, kita amat berbahagia
karena Rasulullah Saw telah menunjukkan begitu cinta kepada umatnya. Karena
beliau cinta, beliau tidak ingin kalau terjadi hal-hal buruk menimpa umat ini,
karenanya beliau mengingatkan dengan mengemukakan hal-hal yang sangat
dikhawatirkannya.
Imam Ahmad ra meriwayatkan:
"Aku mendengar Rasulullah SAW memprihatinkan umatnya
dalam enam perkara: (1) diangkatnya anak-anak sebagai pemimpin (2) terlalu
banyak petugas keamanan (3) main suap dalam urusan hukum (4) pemutusan
silaturrahim dan meremehkan pembunuhan (5) generasi baru yang menjadikan
Al-Qur'an sebagai nyanyian (6) mengutamakan orang yang bukan fakih dan berjasa
tapi yang berseni sastra tinggi." (HR. Ahmad, hal 165).
Dari hadits di atas, terdapat enam hal yang membuat
Rasulullah Saw begitu khawatir bila hal itu terjadi pada umatnya.
1. Anak-Anak Sebagai Pemimpin.
Rasulullah Saw amat khawatir bila umatnya menjadikan
anak-anak sebagai pemimpin, ini bisa kita pahami dalam arti anak-anak secara
umur atau fisik seperti masyarakat yang menggunakan sistim kerajaan sehingga
ketika orang tuanya yang menjadi pemimpin mati, secara otomatis sang anak
menjadi raja meskipun belum dewasa. Namun hal ini juga bisa berarti orang yang
pemikiran, sikap dan tindakannya seperti anak-anak dijadikan sebagai pemimpin
atau pemimpin tersebut yang berjiwa kekanak-kanakan. Lalu seperti apa anak-anak
itu?. Kita tentu sudah mengetahuinya, anak-anak biasanya tidak konsisten dalam
berbicara, misalnya ketika dia belum makan lalu ditanya apakah sudah makan, dia
menjawabnya dengan sudah. Anak-anak juga suka memperebutkan sesuatu hingga
terjadi pertengkaran dan perkelahian meskipun sesudah itu damai kembali, dan
begitulah seterusnya.
Manakala orang yang berjiwa kekanak-kanakan itu dijadikan
pemimpin, maka hal itu menjadi aneh dan lucu. Masa anak-anak memang sedang
lucu-lucunya, namun kalau itu terjadi pada masyarakat, maka hancurlah tatanan
kehidupan masyarakat itu, dan inilah yang kita alami sekarang, sebab para
pemimpin di negeri ini bersikap dan bertingkah laku seperti layaknya anak-anak.
2.Banyak Petugas Keamanan.
Petugas keamanan memang amat diperlukan dalam masyarakat.
Pada negara yang aman, jumlah petugas keamanan tidak terlalu banyak atau jumlah
mereka banyak tapi tidak punya pekerjaan yang banyak, namun pada negara yang
tidak bisa terjamin keamanannya, meskipun petugas keamanan jumlahnya banyak
tetap saja terasa kurang banyak, apalagi petugas yang ada menghadapi
tugas-tugas yang begitu banyak dengan kasus-kasus yang belum cepat selesai.
Akibatnya, tidak sedikit dari masyarakat biasa yang akhirnya bertindak sebagai
petugas keamanan. Dalam kehidupan sekarang di negeri kita, tindak kriminal
sangat banyak terjadi, akibatnya masyarakat tidak mendapat jaminan keamanan dan
banyak sekali dari organisasi sosial dan politik yang harus memiliki tenaga
keamanan dalam jumlah yang banyak.
Oleh karena itu, membangun kehidupan yang aman merupakan
kebutuhan masyarakat luas sehingga jumlah tenaga keamanan menjadi terasa
berlebih dengan tugas pengamanan yang rendah.
3. Suap Dalam Perkara Hukum.
Hukum yang benar merupakan sesuatu yang harus
diperjuangkan penegakkannya, inilah yang dalam bahasa sekarang disebut dengan
supremasi hukum. Namun kenyataan menunjukkan bahwa hukum belum menjadi
panglima, tapi uanglah yang menjadi panglima sehingga terjadi suap-menyuap
dalam proses penegakkan hukum yang membuat hukum menjadi tidak tegak. Di negara
kita, hakim, jaksa, pengacara, polisi, penjaga penjara hingga presiden
merupakan aparat-aparat penegak hukum, tapi tidak sedikit persoalan penegakan
hukum yang tidak terlaksana karena para penegaknya menerima suapi
4.Memutuskan Silaturrahim dan Meremehkan Pembunuhan.
Silaturrahim, baik dalam hubungan famili maupun keimanan
yang kemudian disebut dengan ukhuwah Islamiyah merupakan sesuatu yang harus
dijalin. Hubungan kekerabatan semestinya terus terjalin sehingga hubungan
kekeluargaan antar generasi berikutnya tidak terputus, namun seringkali hanya
karena persoalan-persoalan sepele yang tidak mendasar, hubungan silaturrahim
menjadi terputus, misalnya karena memperebutkan harta warisan dan sejenisnya.
Bahkan yang lebih memprihatinkan lagi adalah terjadinya pertumpahan darah atau
pembunuhan antar anggota keluarga.
Disamping itu, hubungan antar sesama umat Islam juga
harus dijalin dalam jalinan ukhuwah Islamiyah, namun sekali lagi kita juga amat
prihatin karena sekarang silaturrahim antar kelompok umat Islam semakin
renggang, khususnya karena persoalan-persoalan politik bangsa. Bahkan saling
bunuh antar satu kelompok dengan kelompok yang lain sudah terjadi, padahal
kenistaan dalam masalah ini tidak hanya di dunia tapi juga di akhirat dengan
azab yang sangat pedih.
5. Al-Qur'an Sebagai Nyanyian.
Al-Qur'an merupakan petunjuk bagi umat manusia untuk mencapai
ketaqwaan kepada Allah Swt. Karena itu, kaum muslimin diperintah untuk membaca,
mengkaji, memahami, menghayati hingga mengamalkannya dalam kehidupan nyata.
Karena salah satu konsekuensi kita terhadap Al-Qur'an adalah membaca dengan
sebaik-baiknya, maka berkembanglah seni membaca Al-Qur'an dengan irama-irama
tertentu. Pada dasarnya tidak ada masalah dengan seni membaca Al-Qur'an dengan
irama yang indah, namun umat ini tidak boleh berhenti hanya pada iramanya,
karena irama itu pada hakikatnya adalah untuk mengantar umat pada kecintaan
terhadap Al-Qur'an. Dengan demikian,
interaksi terpenting dari umat Islam terhadap Al-Qur'an adalah menjadikannya
sebagai petunjuk hidup, bukan pada irama membacanya dengan gaya tertentu,
apalagi bila hal itu hanya cenderung pada nyanyiannya saja.
6. Mengutamakan Sastrawan/Budayawan.
Tugas-tugas yang sangat penting, apalagi tugas
kepemimpinan harus dilaksanakan oleh orang-orang yang memiliki keahlian dengan
kepribadian seorang pemimpin yang baik. Namun dalam banyak hal, masyarakat kita
kadangkala tidak mengangkat seseorang sebagai pemimpin karena keahlian dan
kepribadiannya, tapi lebih karena pendaiannya dalam sastra atau kebudayaan
dengan retorika permbicaraan yang baik.
Akibat mengutamakan seseorang menjadi pemimpin karena
pertimbangan budaya bicara, maka pemimpin itu akhirnya hanya banyak omong tanpa
produktifitas kepemimpinan yang jelas, bahkan dari omongannya itu hanya
melahirkan kontroversi yang menimbulkan masalah-masalah baru.
Dari uraian hadits ini, nampak sekali betapa hal-hal yang
dikhawatirkan oleh Nabi, bila hal itu betul-betul terjadi pada umatnya akan
menimbulkan begitu banyak ekses negatif yang sangat sulit untuk mengatasinya.
"Perhatikanlah apa yang orang katakan dan janganlah
memperhatikan siapa yang mengatakan "
0 komentar:
Posting Komentar